POSCOMEDIA.ID, Jakarta – Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi-hepatologi menyampaikan bahwa penumpukan lemak berlebih di sel-sel hati kalau tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati.
Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta pada Rabu, dr. Lianda Siregar, Sp. P.D, Subsp. G.E.H. (K), FINASIM dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah menyampaikan bahwa fatty liver disease atau penyakit perlemakan hati merupakan penyakit hati yang sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C.
Menurut data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 10 sampai 35 persen populasi umum serta mencapai 40 sampai 90 persen penderita obesitas.
Dokter Lianda mengatakan bahwa steatosis hati atau perlemakan hati, penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati, sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.
“Namun, jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati,” katanya.
Berdasarkan penyebabnya, ia menjelaskan, perlemakan hati dikategorikan dalam jenis Alcoholic Fatty Liver Disease dan Non-alcoholic Fatty Liver Disease.
Alcoholic Fatty Liver Disease disebabkan oleh konsumsi minuman beralkohol berlebihan secara rutin.
Saat alkohol berlebih masuk ke dalam tubuh, hati harus bekerja lebih keras untuk memecah alkohol. Proses pemecahan alkohol ini dapat mengganggu metabolisme sel-sel pada jaringan hati.
Dalam jangka panjang, kondisi yang demikian akan menurunkan kemampuan hati untuk memecah lemak, dan meningkatkan fungsi hati dalam menyimpan lemak.
Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) dapat terjadi tanpa adanya konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Meskipun penyebab pastinya sulit diketahui, NAFLD biasanya dipengaruhi oleh sindrom metabolik dan kondisi medis seperti obesitas atau berat badan berlebih atau penurunan drastis berat badan.
NAFLD juga dapat dipengaruhi oleh masalah seperti diabetes, kadar kolesterol tinggi, hiperglikemia, tekanan darah tinggi, hepatitis kronis (terutama hepatitis C), malnutrisi, hingga konsumsi obat-obatan tertentu dalam dosis tinggi atau dalam waktu lama.
Jika tidak ditangani, NAFLD dapat berkembang menjadi Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH), peradangan dan kematian sel hati yang memicu terbentuknya jaringan parut (fibrosis).
Fibrosis seiring waktu dapat menjadi sirosis hati, yang menyebabkan kerusakan hati permanen dan penurunan fungsi hati serta dapat berkembang menjadi kanker hati kalau tidak ditangani dengan tepat.
Penyakit pada organ hati biasanya tidak menunjukkan gejala spesifik pada tahap awal.
“Karena gejalanya tidak terlihat di awal, pemeriksaan kesehatan hati secara berkala menjadi langkah terbaik untuk mendeteksi dan mencegah perburukan,” kata dr. Lianda.
Kalau perlemakan hati sudah terjadi, maka umumnya muncul gejala seperti kelelahan berlebihan bahkan setelah beristirahat, nyeri atau ketidaknyamanan di perut, dan pembesaran organ hati.
Gejala lain yang bisa muncul yakni mual, nafsu makan menurun sampai menyebabkan penurunan berat badan, kulit dan mata menguning (jaundice), serta gatal-gatal pada kulit.
Dokter Lianda mengatakan bahwa lemak di hati dapat dihilangkan dengan melakukan perubahan gaya hidup.
Penerapan pola makan sehat, penurunan berat badan berlebih, dan olahraga teratur minimal 30 menit setiap hari dapat membantu mengurangi tumpukan lemak di hati.
Selain itu, penting untuk menghindari konsumsi minuman beralkohol dan makanan berlemak tinggi.
Dokter Lianda juga mengemukakan pentingnya pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit hati, termasuk perlemakan hati.
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan FibroScan untuk menilai kekakuan organ hati, serta mendeteksi kemungkinan adanya fibrosis atau sirosis.
“Dengan FibroScan, pemeriksaan dini penyakit hati dapat dilakukan tanpa sayatan dengan proses pemeriksaan yang lebih cepat,” kata dr. Lianda.(ntr/mpm)