POSCOMEDIA.ID, Jakarta – Perusahaan biofarmasi AstraZeneca menyebut bahwa pengobatan inovatif bagi pasien kanker di Indonesia semakin beragam karena terus dikembangkan dengan berlandaskan ilmu pengetahuan.
“Inovasi ilmiah yang tepat sasaran adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan bagi setiap pasien kanker. Komitmen ini tercermin dalam upaya berkelanjutan kami untuk memperluas akses dan menghadirkan pilihan terapi inovatif bagi pasien kanker payudara di Indonesia,” kata Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.
Esra mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan terus membuka terapi presisi dalam penanganan kanker payudara, yang hingga kini masih menjadi jenis kanker dengan prevalensi tertinggi pada wanita di Indonesia.
Pada masa kini, terapi presisi kanker payudara tidak lagi terbatas pada pembagian sederhana HER2-positif dan HER2-negatif, namun menghadirkan kategori baru berdasarkan ekspresi dan profil mutasi, BRCA, HER2-Low, HER2- Ultralow, dan PIK3CA/AKT/PTEN yang membuka peluang bagi pendekatan terapi yang lebih presisi dan personal.
Mengkuti perkembangan ini, ia menyampaikan bahwa AstraZeneca terus menghadirkan inovasi terapi kanker payudara yang komprehensif disesuaikan dengan karakteristik penyakit pada setiap pasien.
Melalui penguatan sinergi lintas sektor, khususnya bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan komitmen bersama terhadap percepatan akses terapi kanker payudara, telah diterbitkan Nomor Izin Edar bagi dua produk AstraZeneca pada Oktober 2024 dan September 2025 yakni terapi berbasis antibody-drug conjugate (ADC) dan inovasi terapi hormonal generasi baru.
Ia menekankan kemajuan sains dalam penanganan kanker payudara ini akan semakin bernilai jika diiringi dengan akses yang merata bagi seluruh pasien.
Melalui peran aktif pemerintah dalam regulasi, pembiayaan, dan kemitraan lintas sektor, Indonesia berada dalam posisi strategis untuk memastikan pasien kanker payudara dapat menikmati manfaat dari terapi inovatif terkini dan sejajar dengan perkembangan ilmu pengetahuan global.
Hal ini menjadi krusial mengingat kanker payudara adalah kanker yang paling sering diderita wanita di Indonesia dan tetap menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi.
“Terbitnya regulasi BPOM yang mempersingkat jalur reliance menjadi 90 Hari Kerja menjadi bukti komitmen kuat dalam menghadirkan solusi kesehatan yang lebih relevan dan memberikan harapan baru bagi pasien kanker payudara dan keluarganya,” ujar Esra.
Terobosan ilmiah disampaikannya bukan hanya langkah maju dalam bidang medis, melainkan kesempatan nyata untuk meningkatkan harapan hidup pasien kanker payudara di Indonesia.
Inovasi ini sekaligus menjadi titik penting dalam mendorong sistem kesehatan yang lebih adil dan merata. (ntr/mpm)