MALANG POSCO MEDIA GROUP – Meira Anastasia memulai debut pertamanya sebagai sutradara sekaligus penulis naskah lewat film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” atau “CTSDK” tentang tema cinta segitiga tidak biasa yang akan tayang di bioskop mulai 5 Desember 2024.
Saat penayangan perdananya pada Kamis (28/11) di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, film “CTSDK” mengisahkan perjalanan tiga sahabat bernama Dea (Lutesha), Kikan (Dea Panendra), dan Tara (Anya Geraldine) ke Seoul, Korea Selatan. Rupanya, perjalanan kejutan itu direncanakan oleh Bimo (Ganindra Bimo) untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Dea.
Tiga sahabat dari latar belakang berbeda itu pun pergi melancong bersama ke Seoul, kota yang selama ini mereka impikan. Selama beberapa waktu, mereka pergi menyusuri beberapa tempat ikonik untuk berlibur, seperti berburu makanan, berbelanja, dan lainnya.
Di suatu titik, tanpa sengaja Dea bertemu seorang pria yang pernah mengisi harinya semasa sekolah, Julian (Jerome Kurnia). Pertemuan tak terduga itu membuat Dea dan Julian semakin dekat, yang berujung pada keraguan Dea tentang perasaannya untuk Bimo.
Di sisi lain, Dea dan dua sahabatnya harus bertengkar karena masalah yang mereka hadapi selama di Seoul. Mereka pun terpisah untuk sementara waktu sambil menenangkan diri masing-masing.
Akankah Dea dapat memahami isi hatinya dengan baik? Lalu, bagaimana kelanjutan persahabatan mereka selepas bertengkar?
Realita vs Harapan
Seperti judul filmnya, “Cinta Tak Seindah Drama Korea” mengulik romantisnya para pasangan bak drama Korea pada umumnya. Di drama Korea yang sebagian masyarakat Indonesia tonton, ada beberapa ciri khas yang melekat dari setiap tokohnya.
Misalnya, tokoh pria yang digambarkan “green flag” dan sangat romantis, atau cerita percintaan tentang anak dari keluarga kaya dan anak dari keluarga biasa. Rasanya cukup familiar, bukan?
Namun, Meira dengan cerdas membalut kisah klise tersebut dalam rangkaian adegan plot twist dan mungkin akan memancing pertanyaan dari penonton. Mulai dari hubungan pasangan suami-istri, perempuan dewasa yang masih melajang hingga kisah lain yang sangat dekat dengan realitas kehidupan.
Menariknya, Meira menghadirkan kisah yang mungkin cukup berat dan dalam jika dibicarakan, tetapi dikemas dalam adegan-adegan yang terbilang ringan. Bahkan, tidak jarang percakapan spontan atau situasi di dalam “CTSDK” cukup memancing tawa penonton.
Secara gamblang, “CTSDK” menghadirkan kisah yang tidak hanya menggambarkan manisnya hubungan percintaan, tetapi juga sisi realitas di dalamnya. Jadi, memang benar bahwa cinta tidak seindah apa yang ditayangkan di layar kaca, termasuk drama Korea.
Dua metropolitan beda negara
Hal menarik lainnya dari film tersebut adalah sinematografi ciamik yang menampilkan indahnya Kota Seoul di Korea Selatan dan lokalitas khas Jakarta di Indonesia.
Sama-sama berlatar di dua kota metropolitan, tetapi dengan sudut pandang berbeda membuat penonton sedikit memahami bahwa Jakarta tidak melulu soal macet. Begitu juga dengan Seoul yang tidak selalu menghadirkan kisah romantis.
Meira mengatakan, dia bersama tim produksi sengaja menampilkan keindahan Kota Seoul agar penonton yang belum sempat pergi ke sana bisa ikut “pelesir” singkat saat menonton “CTSDK”. Penonton akan dimanjakan dengan keasrian Kota Seoul, serta hiruk-pikuk kota metropolitan yang mirip dengan Jakarta itu.
Beberapa destinasi wisata favorit turut hadir dalam “CTSDK”, seperti Namsan Tower, Gedung BigHit Music yang lama, dan lainnya. Percakapan dalam bahasa Korea juga dituturkan oleh para pemain, contohnya saat tokoh Julian berbincang dengan warga lokal, atau saat tokoh Kikan memesan makanan di sebuah warung tenda.
Jangan lupakan adegan-adegan manis saat para tokoh berinteraksi di sebuah perkampungan pinggir Jakarta. Selain kemewahan gedung yang cukup sering terlihat di berbagai film, “CTSDK” juga mengulik lokalitas di perkampungan yang terkesan hangat dan akrab.
Memang sudah banyak karya film yang menampilkan hal serupa, tetapi “CTSDK” menawarkan sesuatu yang lain untuk disimak. Benang merah fotografi, masa sekolah, dan cinta pertama menjadi suatu hal menarik di dalamnya ketika berbicara tentang Jakarta.
Bagi penonton yang bosan dengan film tentang Jakarta dan segala kemewahannya, “CTSDK” bisa menjadi penawar dari dominasi kaum elite Jakarta. Penonton akan melihat bahwa orang biasa pun memiliki cerita hidup menarik, yang sayang untuk dilewatkan.
Belajar arti cinta
‘Cinta’ merupakan tema yang sepertinya tidak akan dilewatkan di setiap karya film, drama hingga musik. Tanpa tema cinta, mungkin kebanyakan para produser film di luar sana tidak akan berani mengerjakan suatu proyek cerita.
Begitu juga dengan “CTSDK” yang mengangkat hal serupa, yakni cinta. Namun, ada baiknya penonton tidak berburuk sangka terlebih dulu bahwa film tersebut akan sama seperti film lainnya.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Meira dan tim berusaha untuk menghadirkan cerita unik dengan plot twist yang terbilang berhasil. Penonton akan melihat bahwa cinta ada banyak bentuknya, salah satunya cinta dengan diri sendiri dan sahabat.
Persahabatan manis yang diperankan Lutesha, Dea Panendra, dan Anya Geraldine membuat “CTSDK” lebih bermakna. Melalui peran mereka, penonton akan belajar bagaimana cara terbaik untuk menyayangi, mengasihi, dan mendukung orang terdekat ketika mereka mengalami kesulitan.
Sistem dukungan yang ketiga sahabat itu miliki mengajarkan penonton untuk memahami satu sama lain. Tidak hanya itu, cinta terhadap diri sendiri yang akhirnya termuat dalam “CTSDK” juga bisa jadi pembelajaran penonton di luar sana.
Secara keseluruhan, Meira dan para pemain berhasil menghadirkan cerita yang akan membuat penonton terhibur tanpa harus berpikir terlalu keras. Tidak sekadar menghibur, “CTSDK” juga memberikan pesan mendalam tentang banyak hal dan akan menjadi pelajaran berarti bagi penonton.
Nantikan penayangan film “Cinta Tak Seindah Drama Korea” atau “CTSDK” di bioskop Indonesia mulai tanggal 5 Desember 2024.(ntr/jon)