POSCO MEDIA, JEMBER- Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebu- dayaan (PPPK) Kementerian Kebu- dayaan Ahmad Mahendra menilai bahwa kiprah Jember Fashion Carna- val (JFC) sebagai fenomena budaya dunia, sehingga pihaknya mem- berikan apresiasi yang tinggi terha- dap karnaval busana sepanjang 3,6 kilometer itu.
“JFC konsisten menghadirkan karya kreatif berkualitas dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin.
Ia menilai JFC telah berevolusi dari sebuah ajang lokal menjadi fenomena budaya internasional yang mempertemukan kekayaan budaya masa lalu dengan inovasi masa kini. “Ada banyak hal yang patut kita
banggakan dari JFC. Dari sebuah acara lokal kini menjadi fenomena budaya internasional, JFC adalah ruang pertemuan yang mempertemukan kekayaan budaya masa lalu dengan inovasi budaya masa depan,” tuturnya.
Menurutnya keberhasilan itu adalah buah dari kerja keras para inisiator, tim penyelenggara, dan dukungan penuh pemerintah daerah, sehingga patut memberi penghargaan setinggi- tingginya kepada almarhum Dynand Fariz yang telah membangun pondasi kuat JFC.
Tahun ini, JFC mengusung tema Evoluxion, gabungan dari kata Evo- lution, Luxury, dan Innovation, dengan tagline Dreamy, Evolve, Triumph. Tema itu menekankan pentingnya keberanian menghadapi perubahan zaman, berinovasi, beradaptasi, dan mengedepankan kepedulian terhadap lingkungan serta kelestarian bumi.
Sebagai suguhan utama, JFC 2025 menampilkan sepuluh parade (defile) memukau yakni Anatomi, Allograph, Nile Enigma, Great Wall of China, Botanica, Nias, Origami, Phinisi, Aerospace, dan Symphoni. Masing-masing defile menghadirkan perpaduan antara konsep artistik, kekayaan narasi, dan nilai budaya yang dikemas dalam karya kostum berskala dunia.
Bagi Ditjen PPPK, lanjutnya, JFC meru- pakan salah satu contoh keberhasilan kolaborasi antara masyarakat, pelaku seni, dan pemerintah daerah dalam menciptakan ruang kreatif yang inklusif yang dapat memperkuat ekosistem seni budaya. Penguatan ekosistem seni budaya sendiri menjadi mandat utama Ditjen PPPK yang mencakup seluruh rantai pemajuan kebudayaan.
“Kami berharap kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan JFC terus terjalin. Ke depan, JFC dapat menjadi panggung bagi talenta terbaik Indonesia lintas bidang, mulai dari kriya, desain, fashion, seni pertunjukan, hingga musik, sekaligus menjadi pasar yang mempertemukan karya anak bangsa dengan buyer, produser, dan agensi internasional,” katanya.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, Mahendra berharap JFC terus menjadi ikon budaya Indonesia yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk berani berkreasi dan menjaga kelestarian budaya.(ntr/jon)