Kenali Penyebab Anak Perempuan Belum Haid di Usia 15, Begini Saran dari Dokter SpOG

Ilustrasi perempuan mengalami nyeri perut saat haid (ANTARA/Pixabay)

Poscomedia – Tim Medis Kebidanan dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo, yang dipimpin oleh Dr. dr. Surahman Hakim, SpOG(K), MPH, menyoroti berbagai penyebab yang bisa membuat seorang gadis mengalami keterlambatan menstruasi atau bahkan tidak menstruasi sama sekali.

Ia menjelaskan bahwa jika seorang gadis berusia 15 tahun belum juga mengalami menstruasi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengecek apakah terdapat rasa sakit yang terjadi secara rutin setiap bulan. Jika tidak ada indikasi nyeri yang signifikan, langkah selanjutnya adalah memeriksa adanya kemungkinan hambatan pada jalur keluarnya darah menstruasi.

“Kalau pada kelainan gangguan pertumbuhan saluran reproduksi maka kadangkala ada, satu yang paling ringan hymen-nya tidak terbuka, atau vaginanya tertutup karena ada jaringan tertentu, atau mulut rahimnya tidak terbentuk jadi darah haidnya hanya terpusat di rahim saja, hal-hal seperti ini harus tindakan segera,” kata Surahman dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Senin.

Tindakan harus segera dilakukan karena bisa menyebabkan nyeri yang hebat dan mengganggu aktivitas, dan menyebabkan gangguan tertutupnya saluran reproduksi

Selain faktor pertama, faktor lainnya yang perlu diwaspadai adalah tidak terbentuknya tanda seksual sekunder seperti pertumbuhan payudara dan munculnya bulu kemaluan saat memasuki usia 15 tahun.

Jika hal tersebut terjadi, perlu dilakukan pemeriksaan gangguan kromosom. Pada wanita, kromosom yang terbentuk adalah X-X, namun jika ada variasi kromosom X-Y atau X-X-Y perlu dilakukan penatalaksanaan psikiatri untuk dilihat apakah ada genetik laki-laki di dalam tubuhnya.

“Ada kasus seperti ini, tapi ternyata setelah diyakinkan hormon yang dominan laki-laki kita berikan hormon termasuk terapi untuk penyesuaian kelaminnya,” katanya.

Lain halnya jika kromosom yang tumbuh benar perempuan namun tidak muncul tanda seksual sekundernya, maka akan dicek untuk kemungkinan hormon yang kurang dengan terapi hormonal. Kemungkinan tersebut disebut dengan agnesis, yaitu tidak terbentuknya seksual sekunder maupun rahim dan vagina yang tidak sempurna.

Baca Juga:  Penelitian Tunjukkan Berenang di Air Dingin Bantu Meringankan Gejala Menopause

Pada kasus ini, anak perempuan tersebut memiliki indung telur namun ada kelainan di rahim yang kemungkinan besar akan sulit memiliki anak.

Untuk terapi hormonal, Surahman mengatakan pasien akan diberikan terapi hormon progesterone dan diberi obat selama 7-10 hari sampai pasien bisa memproduksi estrogennya sendiri, sehingga bisa terjadi haid secara normal seperti pada umumnya.

Surahman mengatakan anak perempuan pada saat ini rata-rata haid pada usia 9 tahun. Jika melewati usia tersebut tidak kunjung ada tanda haid, bisa memeriksakan perkembangan seksual sekundernya, periksa ke dokter kebidanan dan kandungan atau ke dokter anak.(ntr/pm)