Gempa Susulan: BMKG Catat 39 Kali Getaran di Laut Barat Daya Bayah, Banten

Peta guncangan gempa tektonik susulan yang berlokasi di laut Barat Daya Bayah, Banten pada, Senin (26/2/2024) (ANTARA/HO-BMKG)

Poscomedia – BMKG telah mengumumkan bahwa sekitar 39 gempa susulan terjadi di Laut Barat Daya Bayah, Banten hingga siang hari Senin (26/2). Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa gempa-gempa susulan tersebut memiliki magnitudo antara M2,8 hingga M5,1 dengan kedalaman antara 10 kilometer hingga 23 kilometer di sebelah barat daya Bayah.

Berdasarkan laporan, efek getaran gempa sebelumnya telah dirasakan di beberapa wilayah, termasuk Surade, Tanjung Lesung, Pelabuhan Ratu, dan sejumlah area di DKI Jakarta.

Getaran yang dirasakan berada pada skala intensitas II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

“Zona gempa dan rentetan susulannya saat ini berdekatan dengan pusat gempa yang merusak Banten dan Jawa Barat dengan kekuatan Mw7,9 pada 27 Februari 1903,” kata Daryono.

Menurut dia, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault yang merupakan cerminan gempa megathrust

Kendati demikian, pihaknya memastikan setelah memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut adalah gempa bumi dangkal dan tidak berpotensi tsunami.

Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid mengungkapkan bahwa endapan kuarter dan batuan tersier yang mengalami pelapukan memperkuat efek guncangan kerawanan gempa di perairan selatan Banten itu.

Pada Minggu (25/2) ada dua kali guncangan yang cukup besar; gempa pertama terjadi pukul 20.07 WIB dengan kekuatan 5,7 magnitudo pada kedalaman 23 kilometer. Kemudian, gempa kedua mengguncang dengan kekuatan 5,1 magnitudo pada pukul 22.04 WIB.

Lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi meliputi daerah Kabupaten Lebak, Pandeglang, provinsi Banten dan Sukabumi, Jawa Barat. Morfologi daerah tersebut pada umumnya merupakan dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal.

Baca Juga:  Mas Rizal, Sosok Harapan Masa Depan Pariwisata Kota Batu

Atas kerawanan yang ada, Badan Geologi merekomendasikan bangunan di daerah tersebut harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan yang tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Bangunan juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.