MALANG POSCO MEDIA GROUP – Film “Captain America: Brave New World” (2025) menyajikan aksi heroik khas Marvel dengan cara yang terlalu agresif. Bahkan, agresivitas langsung dipertontonkan sejak awal, melalui adegan-adegan Sam Wilson beraksi melawan sederet tokoh antagonis seperti Seth Voelker alias “Sidewinder,” dan Davis Lawfers alias “Copperhead.”
Sayangnya, agresivitas itu tidak didukung dengan pendalaman karakter. Alih-alih menjadi antagonis yang kuat di cerita, Sidewinder dan kawan-kawan hanya dijadikan penghubung ke plot cerita adamantium, logam langka yang menjadi incaran banyak orang.
Motivasi tokoh tersebut untuk mencuri adamantium yang dijelaskan karena uang terlalu sederhana, sehingga kurang memberikan dampak yang mendalam bagi penonton.
Padahal, potensi karakter dari geng kriminal “Serpent Society” itu sebagai penjahat yang menarik cukup besar, jika saja diberi kesempatan untuk berkembang lebih jauh.
Misalnya, alih-alih hanya menjadi “tentara bayaran” yang generik, mereka bisa saja diseting memiliki koneksi pribadi dengan karakter antagonis lain yang diperankan aktor Tim Blake Nelson dalam film “The Incredible Hulk” (2008), Samuel Sterns, sehingga membuat konflik dengan Captain America menjadi lebih mendalam dan menarik.
Keunikan Sam Wilson
Mengulas peran sosok Sam Wilson alias Captain America yang terbaru, tokoh yang diperankan Anthony Mackie itu berhasil membuktikan bahwa ia mampu mengatasi keterbatasan Captain America era Steve Rogers.
Sam Wilson bisa terbang, bukan sekadar melompat dari ketinggian lalu terjatuh, berkat kemampuan sayap khas Falcon yang dibuat dari vibranium.
Meskipun Wilson, sebagai Captain America, tidak memiliki kekuatan serum prajurit super seperti pendahulunya, ia tetap menunjukkan kelincahan.
Kelebihan lain Captain America versi Sam Wilson dari pendahulunya yaitu pada kemampuan mengendalikan Redwing, sebuah “drone” canggih.
Lantas, apakah penggunaan “pesawat nir-awak” dengan teknologi kecerdasan tingkat tinggi itu malah memunculkan persepsi bahwa Captain America Sam Wilson bertarung seperti Iron Man?
Pada dasarnya, jawabannya tidak. Semua serangan Captain America tetap bergantung pada perisainya untuk pertarungan jarak dekat.
Di sisi lain, Redwing memiliki peran penting dalam beberapa adegan aksi. Misalnya, dalam sebuah adegan penyelamatan sandera, Redwing membantu Sam Wilson untuk mengidentifikasi target dan memberikan informasi penting tentang lokasi target.
Interaksi antara Sam Wilson dan Redwing juga cukup menarik untuk disaksikan, menunjukkan hubungan mereka yang saling percaya dan saling membantu. Redwing tidak hanya berfungsi sebagai “drone”, tetapi juga menjadi “mata dan telinga” bagi Captain America.
Kelebihan dan kekurangan film
Secara visual, pertarungan di film “Captain America: Brave New World” (2025) mampu memukau mata penonton. Adegan pertarungan ditampilkan dengan koreografi yang apik dan efek visual yang ciamik. Desain kostum dan perlengkapan sang kapten juga mendetail dan terlihat realistis.
Musik yang digubah oleh Laura Karpman mungkin berubah dari penggubah musik sebelumnya, tapi tetap mendukung suasana dan emosi cerita. Musik yang epik dan heroik itu memberikan nuansa yang tepat pada adegan-adegan aksi.
Namun, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu yang paling menonjol adalah terkait anomali kekuatan vibranium pada sayap dan perisai Captain America dengan film-film pendahulunya.
Terkesan bahwa vibranium agak dilemahkan setelah kemunculan adamantium, logam keras yang lebih dahulu dikenal menyatu dengan tulang Wolverine dalam seri film X-Men.
Selain itu, ada karakter yang terasa kurang dikembangkan dari tokoh yang memiliki peran signifikan dalam cerita, Joaquin Torres alias “Falcon” baru (yang diperankan Danny Ramirez).
Padahal kecelakaan nahas jika menimpa Falcon akan menimbulkan gejolak batin untuk Wilson, tapi ikatan emosional karakter “superhero-buddy” itu dengan penonton belum terlalu kuat.
Transformasi Hulk merah “Red Hulk” dalam film juga inkonsisten pada penampilan sebelum dan sesudah transformasi, khususnya perubahan warna rambut dari putih-uban menjadi hitam, sehingga sedikit mengganggu fokus penonton.
Protokol keamanan presiden yang diprakarsai agen Ruth-Bat Seraph dan Leila Taylor juga menjadi anomali karena terlihat mereka membiarkan hadirin tetap membawa ponsel pribadi dalam sebuah pertemuan bilateral di Kantor Oval Gedung Putih.
Salah satu hadirin bahkan terlihat membawa ponsel dengan model kamera boba (yang hitam bulat-bulat) dengan fitur transfer fail yang disebut “airdrop”, hal itu cukup mengganggu jalan cerita.
Mengingat pertemuan bilateral tingkat tinggi yang mengharuskan kehadiran dua kepala negara, protokol keamanan yang lebih ketat semestinya diterapkan.
Konflik bilateral terkait hak kepemilikan adamantium dalam film juga menarik, di mana konflik itu berhasil menyampaikan kritik terhadap sikap pemimpin global secara relevan.
Isu Sosial
“Captain America: Brave New World” juga mengangkat beberapa isu sosial yang relevan, seperti diskriminasi.
Dalam sebuah adegan, Sam Wilson bertabrakan dengan resistensi dari sejumlah orang yang tidak setuju dengan cara pandangnya sebagai Captain America yang berkulit hitam. Namun ia berhasil menekankan bahwa ia benar tanpa dianggap arogan.
Film juga menyinggung tentang trauma perang dan dampaknya pada para veteran perang melalui karakter Isaiah Bradley, seorang pendahulu Captain America yang terlupakan.
Sayangnya, isu itu tidak dieksplorasi secara mendalam dan hanya diulas secara dangkal saja. Sebenarnya, isu tersebut berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga tokoh yang diperankan Carl Lumbly itu memberikan dampak yang lebih kuat bagi penonton.
Meskipun “Captain America: Brave New World” tetap mempunyai kekurangan, terutama dalam segi inkonsistensi penampilan Hulk merah dan anomali kekuatan vibranium , film ini tetap bisa dinikmati penonton berkat sajian pertarungan menegangkan, intrik politik, serta pesan moral tentang keberanian, tanggung jawab, dan perjuangan melawan diskriminasi. (ntr/jon)