POSCOMEDIA.ID, SURABAYA- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menggratiskan vaksinasi pneumonia atau imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) bagi balita di seluruh Puskesmas Kota Surabaya. Tujuannya untuk melindungi balita dari penyakit pneumonia.
Kepala Dinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dan mengambil langkah proaktif potensi lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjelang dan selama musim pancaroba.
“Periode transisi cuaca ini berpotensi memicu peningkatan kasus penyakit pernapasan dengan kelompok balita menjadi perhatian utama,” ujarnya.
Ia mengatakan, upaya ini bertujuan memberikan perlindungan spesifik dan kuat terhadap pneumonia yang menjadi salah satu komplikasi serius dari ISPA.
“Berdasarkan data selama 10 tahun terakhir, kasus ISPA di Surabaya menunjukkan tren yang fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh perubahan musiman, kondisi lingkungan, serta dinamika kepadatan dan mobilitas penduduk kota metropolitan,” ujar Nanik.
Meski trennya tidak selalu meningkat tajam, Nanik menegaskan bahwa musim pancaroba tetap menjadi periode kritis yang menuntut kewaspadaan ekstra untuk mencegah lonjakan kasus signifikan.
Dinkes Surabaya telah menetapkan tiga pilar langkah konkret untuk mengantisipasi dan menangani potensi peningkatan pasien. Terutama pada kelompok rentan seperti balita dan lansia, antara lain memberikan edukasi terkait penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS), pencegahan melalui imunisasi PVC gratis, dan kesiapan fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes).
“Dinkes gencar memberikan edukasi masif tentang pentingnya PHBS, penghimbauan penerapan etika batuk, bersin, dan penggunaan masker yang benar di tempat umum atau saat sakit,” ujar dia.
Selanjutnya, penguatan upaya pencegahan melalui imunisasi PCV gratis juga telah masuk dalam Program Imunisasi Nasional. Vaksin ini menjadi garda terdepan untuk memberikan perlindungan kuat terhadap Pneumonia dan infeksi berat lainnya pada balita.
“Selain program pemerintah, bagi masyarakat yang membutuhkan perlindungan tambahan terhadap influenza, vaksinasi dapat dilakukan secara mandiri di fasyankes swasta,” ujarnya
Nanik menerangkan bahwa seluruh tenaga kesehatan (nakes) diwajibkan melakukan deteksi dini indikasi ISPA dan memberikan tatalaksana sesuai standar.
“Hal ini krusial untuk mencegah kasus ISPA ringan berkembang menjadi pneumonia,” ucapnya.
Dinkes Surabaya juga memberikan perhatian serius melalui pemantauan ketat terhadap kasus ISPA berat dan Pneumonia yang berpotensi menimbulkan komplikasi, khususnya pada balita dan lansia.
Untuk memastikan respons cepat, Nanik memastikan bahwa sistem diagnosis dan pelaporan kasus dilakukan secara cepat dan akurat di seluruh wilayah Surabaya, terutama yang berpotensi menjadi Pneumonia
“Kami menerapkan pelaporan kasus secara real-time melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Kemenkes RI. Sistem ini memungkinkan Dinkes secara berkala menganalisis tren kasus untuk menilai potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengambil langkah respons cepat bila ditemukan lonjakan kasus di suatu wilayah,” katanya. (ntr/van)



