MALANG POSCO MEDIA GROUP, MALANG– Tokoh Nasional Dahlan Iskan menyampaikan pandangan strategisnya mengenai masa depan kawasan Madyopuro dalam acara Sarasehan Madyopuro yang digelar Selasa (8/4) di Hall Terminal Madyopuro, bagian dari rangkaian acara Madyopuro Mangano.
Menurut Dahlan, wilayah ini menyimpan potensi besar sebagai simpul ekonomi baru di sisi timur Kota Malang, terutama karena letaknya yang sangat strategis di mulut jalan tol. “Sekarang yang memiliki tanah di sepanjang jalan tol ini, itu seperti punya tambang emas,” ungkap mantan Menteri BUMN ini secara blak-blakan.
Ia menekankan bahwa dalam 10 tahun ke depan, wajah Madyopuro akan berubah total, terutama kawasan sekitar jalan kembar yang diprediksi akan menjadi pusat aktivitas ekonomi baru. Dahlan juga mengkritisi rencana pembangunan gedung bertingkat di area terminal.
Menurutnya, hal itu berpotensi menimbulkan kemacetan parah dan mengganggu kenyamanan kawasan. Ia justru mengusulkan pelestarian ruang terbuka hijau di area tersebut sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kenyamanan, estetika, dan fungsi sosial.
“Saya terharu melihat masih ada hutan seperti ini di tengah kota. Seandainya dulu ada yang rakus, menerima sogokan, dan membangun ruko di sini, pasti sudah hancur. Madyopuro bisa rusak,” tegasnya.
Sebagai solusi, Dahlan menyarankan pengembangan kawasan pasar seni yang permanen namun tanpa pembangunan gedung konvensional. Ia mendorong pendekatan arsitektur alami dan kreatif tanpa menebang pohon yang sudah ada. Pasar seni ini, menurutnya, harus memiliki desain kelas bintang empat bukan mahal, tapi selera tinggi.
Tidak hanya itu, Dahlan juga mengusulkan pengembangan kawasan kuliner halal dan cashless di sekitar area makam Ki Ageng Gribig. Dengan konsep lorong bambu alami, kawasan ini dirancang sebagai destinasi wisata tematik yang terintegrasi dengan atraksi Jeep ke arah Gunung Bromo. “Ini bisa menjadi ikon baru Malang Timur. Bukan sekadar tempat makan, tapi pengalaman budaya dan alam,” katanya.
Menurut Dahlan, pengembangan ini tak harus bergantung penuh pada APBD Kota Malang. Ia meyakini dengan niat kuat dari pemerintah serta kolaborasi multipihak, pengembangan kawasan Madyopuro bisa terwujud lebih cepat. “Kalau ini diviralkan, sudah 80 persen masalah selesai,” ujarnya.
Pandangan Dahlan disambut antusias warga dan tokoh setempat, termasuk Prof. Dr. Muhammad Bisri dan perwakilan masyarakat Kedungkandang. Diskusi sarasehan yang dikemas santai itu berhasil merangkai harapan besar terhadap transformasi kawasan Madyopuro menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang hijau, inklusif, dan berkelas dunia. (mg/udi)