POSCOMEDIA.ID, SUMENEP- Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes-P2KB) Kabupaten Sumenep menyatakan kasus campak di wilayah itu mulai melandai. Ini setelah dilakukan imunisasi massal dan upaya mencegah penularan oleh tim terpadu pemerintah kabupaten setempat.
“Berdasarkan laporan yang disampaikan tim lapangan kini kasus tersebut telah menunjukkan kondisi yang relatif stabil atau melandai. Tidak ditemukan lonjakan kasus maupun penyebaran baru di tengah masyarakat,” kata Kepala Dinkes-P2KB Sumenep Ellya Fardasah di Sumenep, Senin (20/10) kemarin.
Kendati kasus sudah melandai dan tidak ditemukan kasus baru, kata dia, status kejadian luar biasa (KLB) kasus campak tetap berlaku, karena masih dalam tahap observasi.
Sesuai ketentuan, kata dia, status KLB campak bisa dicabut apabila telah melalui dua tahap observasi. Yakni masing-masing selama 21 hari sesuai dengan standar penanganan penyakit menular.
“Imunisasi campak massal di Sumenep kan berakhir 30 September 2025, berarti masih butuh waktu sekitar 42 hari observasi untuk menentukan apakah KLB dicabut atau tidak,” katanya.
Ia mengatakan saat ini situasi di seluruh puskesmas relatif terkendali. Sejumlah pasien yang menjalani perawatan karena mirip campak hasil diagnosis dokter menyebutkan karena komplikasi penyakit lain, seperti bronkopneumonia.
“Jadi, pasien yang sakit mirip kasus campak memang ada, tapi bukan murni karena campak,” katanya.
Sebagai upaya pencegahan penyebaran, Dinkes-P2KB Kabupaten Sumenep juga terus melakukan survei epidemiologi berkelanjutan dan analisis data kasus.
Penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dan tokoh lokal untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat masyarakat juga terus dilakukan. Termasuk melakukan tindakan preventif di wilayah berisiko tinggi dan penanganan intensif bagi kasus yang teridentifikasi.
Sebelumnya, Penetapan KLB kasus campak di Sumenep dilakukan setelah Dinkes-P2KB Sumenep menemukan 2.035 orang terserang dan 17 orang meninggal dunia. (ntr/van)