Berpetualang di Lembah Diyeng: Temukan Keindahan Alam Pasuruan yang Tersembunyi

Foto udara suasana Lembah Diyeng di Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (19/2/2024). Lahan bekas tambang pasir seluas 10 hektare tersebut banyak dikunjungi warga dan menjadi potensi wisata alam baru bagi warga Pasuruan dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi

Poscomedia – Destinasi wisata di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, memang tak ada habisnya karena selalu menawarkan tempat pariwisata yang menarik. 

Selain dikenal sebagai salah satu wilayah teritori kawasan Gunung Bromo, Pasuruan juga mempunyai tempat wisata alternatif yang tak kalah memesonanya.

Namanya Lembah Diyeng. Lokasinya merupakan lahan bekas galian tambang pasir terbengkalai selama belasan tahun. Letaknya di Desa Jeruk Purut, Kecamatan Gempol, Pasuruan dengan ketinggian sekitar 350 meter di atas permukaan air laut.

Hamparan rumputnya menghijau menjadikan Lembah Diyeng semakin indah dan menyejukkan mata. Saat ini menjadi primadona wisata alam alternatif untuk berlibur atau sekadar jalan-jalan menikmati indahnya alam.

Sejauh mata memandang, padang rumput tumbuh subur, terutama saat musim hujan ini. Dengan latar belakang Gunung Penanggungan, membuat lanskap Lembah Diyeng semakin memukau dan berhawa sejuk.

Pengendara melintasi Lembah Diyeng di Gempol, Pasuruan di Gresik, Jawa Timur, Senin (19/2/2024). Lahan bekas tambang pasir seluas 10 hektare tersebut banyak dikunjungi warga dan menjadi potensi wisata alam baru bagi warga Pasuruan dan sekitarnya. (ANTARA FOTO/Rizal Hanafi)

Lahan seluas 10 hektare tersebut kini menjadi jujukan wisata alam baru. Di sana, kita bisa berswafoto sembari melepaskan penat dari hingar bingar kesibukan kota. Lokasi tersebut juga banyak dikunjungi untuk berolah raga, salah satunya bersepeda.

Lokasinya berjarak 38 kilometer atau sekitar 60 menit dari Kota Surabaya. Padang savana hijau tersebut mudah dijangkau, karena sudah tersedia pada platform “google maps” yang akan memandu pengunjung hingga sampai tujuan.

Kontur jalan yang berbatu dan sempit membuat pengunjung hanya dapat mengaksesnya menggunakan kendaraan roda dua. Untuk roda empat atau lebih bisa memarkir di area yang sudah disediakan dan melanjutkan dengan berjalan kaki.

Lokasi yang dikelola swadaya oleh masyarakat itu tidak mempunyai harga tiket masuk (HTM). Pengunjung hanya diminta untuk membayar secara sukarela di pintu masuk.

Setelah melewati pintu masuk, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan melewati jalan dengan kontur berbatu. Lalu, hamparan padang rumput hijau yang membentuk ala Grand Canyon di Amerika Serikat.

Baca Juga:  Embarkasi Surabaya Layani 39 Ribu Calon Jemaah Haji

Waktu terbaik untuk mengunjungi keindahan Lembah Diyeng adalah pukul 06.00 WIB hingga 08.00 WIB, sedangkan pada sore hari pada pukul 15.00 WIB hingga 17.30 WIB.

Bukan tanpa alasan, sebab di Lembah Diyeng menawarkan panorama matahari terbit dan terbenam yang tak kalah indahnya dengan Gunung Bromo.

“Brown Canyon” ala Pasuruan yang viral pada tahun 2020 di media sosial seperti TikTok, Facebook, dan Instagram tersebut kini masih ramai dikunjungi.

Bayu, salah seorang pengunjung yang datang bersama rombongan temannya asal Surabaya itu mengaku kaget karena Pasuruan memiliki tempat yang eksotik.

“Suasananya masih asri, ke sana tidak sulit dan tentu terjangkau,” ujarnya.

Mahasiswa asal Surabaya itu juga mengapresiasi warga setempat yang tetap konsisten menjaga dan merawat wisata alam primadona Pasuruan tersebut.

Meski ramai dan tidak sedikit pengunjung datang, terutama pada akhir pekan, tempat tersebut sangat bersih dan jarang dijumpai sampah berserakan.

“Semoga Lembang Diyeng tetap asri seperti ini, dan dapat menarik lebih banyak lagi wisatawan untuk berkunjung,” ucapnya.

Dampak dibukanya wisata tersebut juga dirasakan langsung oleh warga desa setempat. Sejumlah warung berjajar dengan menyajikan aneka makanan dan minum.

Salah seorang pedagang minuman, Murjiono, mengaku senang dan saat pengunjung ramai, pendapatannya bisa mencapai jutaan rupiah dalam sehari.(ntr/pm)