Analis: Koreksi Pasar Kripto Dipicu Sentimen Inflasi AS dan The Fed

Ilustrasi - Aplikasi Reku. ANTARA/HO-Reku

Malang Posco Media Group – Analis Reku Fahmi Almuttaqin menilai koreksi yang dialami pasar kripto dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap inflasi di Amerika Serikat (AS) dan potensi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk tidak melanjutkan kebijakan suku bunga.

Pasar kripto telah mengalami koreksi signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan Bitcoin turun ke level 94 ribu dolar AS per hari ini.

“Indikasi inflasi yang meningkat terlihat pada beberapa data ekonomi yang dirilis tadi malam, di antaranya seperti aktivitas sektor jasa yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, defisit perdagangan yang melebar sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 78,2 miliar dolar AS, dan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun 125 ribu menjadi 5,269 juta,” ujar Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Fahmi menjelaskan lonjakan aktivitas sektor jasa di AS menjadi salah satu indikator meningkatnya tekanan inflasi.

Data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks PMI sektor jasa naik dari 52,1 pada November menjadi 54,1 pada Desember, melampaui ekspektasi ekonom sebesar 53,3.

Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan untuk sektor jasa melonjak dari 58,2 menjadi 64,4, level tertinggi sejak Februari 2023.

Biaya input untuk bisnis jasa juga melonjak, mengindikasikan kondisi inflasi yang tetap tinggi. Hal ini sejalan dengan pandangan The Fed untuk mengurangi pelonggaran kebijakan di tahun ini.

Selain itu, defisit perdagangan AS melebar sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 78,2 miliar dolar AS.

Di sisi lain, pasar tenaga kerja menunjukkan perlambatan dengan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun sebesar 125 ribu menjadi 5,269 juta.

Baca Juga:  IHSG Kamis Dibuka Melemah 6,59 Poin, Inilah Beberapa Faktor Penyebabnya

Koreksi tajam terjadi di pasar kripto setelah rilis data ekonomi tersebut. Bitcoin, yang sebelumnya sempat menembus level 100 ribu dolar AS, kini kembali turun ke 94 ribu dolar AS. Aset kripto besar lainnya seperti DOGE, AVAX, LINK, DOT, dan UNI juga mengalami penurunan lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir.

Kondisi serupa terjadi di pasar saham AS. Indeks Nasdaq Composite anjlok sekitar 1,9 persen pada penutupan perdagangan Selasa (7/1/2025), dengan penurunan terbesar di sektor teknologi.

Saham Nvidia, misalnya, merosot lebih dari 6 persen meskipun perusahaan tersebut memaparkan rencana besar di bidang kecerdasan artifisial (AI).

Lebih lanjut, Fahmi juga menyebutkan bahwa rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS pada 15 Januari mendatang akan menjadi momen penting untuk menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed.

“Jika ternyata inflasi CPI menunjukkan kenaikan yang cukup minim atau bahkan tidak mengalami kenaikan, maka sentimen pasar besar kemungkinan akan kembali bullish. Namun, melihat perkembangan yang ada saat ini, kemungkinan lebih mengarah kepada kenaikan moderat, yang mungkin akan membuat The Fed menahan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan ini,” jelas Fahmi.

Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari juga dinilai memiliki potensi menjadi katalis positif bagi pasar kripto.

Ia menilai kebijakan atau inisiatif baru yang lebih suportif dari pemerintahan Trump dapat membantu mendorong reli pasar kripto.

Menimbang beragam faktor tersebut, Fahmi mengimbau investor untuk lebih berhati-hati dan disiplin dalam mengambil keputusan di tengah dinamika pasar yang menantang ini.

Ia merekomendasikan investasi pada aset kripto berkapitalisasi pasar besar melalui fitur Packs di Reku.

“Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai aset crypto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Selain itu, investor juga dapat mengoptimalkan investasi Saham AS melalui fitur Insights yang merangkum informasi dengan berbagai metodologi dan teknik analisis yang mudah dipahami dalam satu score untuk memudahkan investor dalam mengambil keputusan,” tuturnya.

Baca Juga:  Rupiah Melemah di Awal Perdagangan, Pasar Tunggu Data PDB AS

Di fitur Insights, investor dapat dengan mudah mengetahui pemberitaan di media mas dan perbincangan di media sosial, serta memberikan notifikasi kepada investor ketika sua perusahaan Saham AS tiba-tiba viral di Buzz Score.

Kemudian, investor juga bisa memantau status harga saham AS yang sedang diskon di Valuation Score yang serta mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental yang kuat dan performa positif di Quali Score. (ntr/pm)